5 Klasifikasi Agama Jepang (Meiji - Showa I) oleh William K. Bunce

     Ada banyak agama di Jepang. Agama Jepang secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 5 jenis (Bunce, 1955). Budha, Kristen, Kyoha Shinto, Jinja Shinto, dan yang tidak terklasifikasi. Budha merupakan agama yang dibentuk oleh Shidarta Gautama. Agama Budha masuk ke Jepang pada tahun 552 ketika kekaisaran Yamato mendapatkan hadiah berupa sutra Budha. Kedatangan agama Budha di Jepang mendapatkan pro dan kontra antara klan Mononobe yang menolak agama Budha dengan klan Soga yang menerima agama Budha. Pertikaian ini berakhir hingga Sotoku Taishi atau Pangeran Sotoku (574-622) menerima agama Budha (Surajaya, 1996: 8). Agama Budha kemudian mengalami perkembangan pada zaman Heian menjadi Budha Saicho dan Budha Shingon. Lalu pada zaman Kamakura (1185-1333), Agama Budha terus berkembang dan melahirkan enam sekte baru. Sekte-sekte baru tersebut adalah Jodoshu didirikan Honen (1133-1212), Jodoshinshu didirikan Shinran (1173-1262), Nichirenshu didirikan Nichiren (1222-1215), Soto Zenshu didirikan Dogen (1200-1253), dan Renzai Zenshu didirikan Eisai (1141-1215) (Anwar, 2009: 31).
     Agama Kristen pertama kali diperkenalkan oleh Francis Xavier (1506-1552) ketika ia pertama kali tiba di Satsuma pada tahun 1549. Xavier membawa misi gospel dari ajaran Kristen. Gospel adalah perintah untuk menyebarkan agama Kristen. Pada saat itu Jepang sudah terbagi-bagi menjadi beberapa wilayah. Setiap wilayah dipimpin oleh seorang daimyo. Agama Kristen pertama kali diterima baik oleh tiga daimyo di wilayah barat daya Jepang yakni Otomo dari Kyushu, Takayama Ukon dari Keiki, dan Omura dari Nagasaki (Surajaya, 1996: 56). Agama ini terus berkembang dan mendapat dukungan dari Nobunaga Oda pada saat ia memerintah. Agama Kristen kemudian mulai mendapat tekanan pada saat Toyotomi Hideyoshi memerintah. Tekanan terhadap agama Kristen terus berlanjut hingga zaman Edo. Tidak diterimanya agama Kristen tersebut kemudian menjadi penyebab munculnya kebijakan sakoku. Agama Kristen mulai diterima lagi di Jepang setelah adanya Restorasi Meiji (1868) (Surajaya, 1997, 20).
     Kyoha Shinto merupakan agama-agama Shinto yang tergabung dalam tiga belas sekte Shinto. Agama Shinto setelah terjadinya Restorasi Meiji (1868) dijadikan Kokka Shinto atau agama negara. Untuk memperkuat Kokka Shinto tersebut, maka dibentuklah Kyoha Shinto. Ketigabelas sekte dari Kyoha Shinto adalah Fusukyo diresmikan tahun 1882, Izumo Orashirokyo diresmikan tahun 1882, Jikkokyo diresmikan tahun 1882, Konkokyo diresmukan tahun 1900, Kurozumikyo diresmikan tahun 1876, Misogikyo diresmikan tahun 1894, Mitakekyo diresmikan tahun 1882, Shinrikyo diresmikan tahun 1894, Shinshukyo diresmikan tahun 1882, Shuseikyo diresmikan tahun 1876, Taikyo diresmikan tahun 1886, Taiseikyo diresmikan tahun 1882, dan Tenrikyo diresmikan tahun 1908.
     Sementara itu, Jinja Shinto merupakan agama Shinto yang menrujuk kepada kepercayaan Shinto tradisional. Tindakan religius pada Jinja shinto sangat erat dengan jinja atau kuil shinto dan tempat-tempat suci yang memberi mereka dukungan spiritual. Yang termasuk dalam Jinja Shinto adalah Hakuzan, Hokkaido Munami Jinja, Inari, Jinja Honco, Jinja Honkyo, Jinja Ubusuna, Kiso Mitake Honkyo, Shimmei Kyodan, Shoshin no Miyashiro Honkyo, dan Tenshokyo Hombu.
     Terakhir adalah agama-agama lain yang tidak termasuk kedalam empat klasifikasi diatas. Agama-agama tersebut adalah Ainu, Aizen-en, Dai Nippon Daidokyo, Seicho no Ie, Shimboku Kyodan, Sumera kyo, Tenrei kyo, Tensho Kotai, Jingukyo, dan masih banyak lagi.

Bibliografi:
Anesaki, Masaharu. 1975. History of Japanese Religion. Japan: Suido I-chome
Anwar, Etty N. 2009. Akuninshouki Zettai Tariki dalam Agama Buddha Jepang. Jakarta: Penaku
Beasley, W.G. 2003. Pengalaman Jepang, Sejarah Singkat Jepang terj. The Japanese Experience, A Short History of Japan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Brunce, William K. 1955. Religions in Japan, Buddism, Shinto, Christiany. Tokyo: Charles
Surajaya, I Ketut. 1996. Pengantar Sejarah Jepang I. Depok: UI Press
_____________.1997. Pengantar Sejarah Jepang II. Depok: UI Press