Norito, Mantera Agama Shinto

Norito memang sudah ada sebalum Zaman Nara, tetapi norito yang termasuk ke dalam kesusastraan ada pada Zaman Nara. Norito ini termasuk kedalam Jodai Bungaku. Semua norito tercatat di dalam 27 pasal dalam buku Engishiki jilid 8 dan Nakatomi no Yogoto yang merupakan bagian dari Taiki.

Pada awalnya Norito merupakan mantera-mentera sederhana yang dipergunakan ajaran agama shinto untuk memuja dewa mereka yang berasal dari nenek moyang Keluarga Tenno. Dewa yang dipuja bisa saja banyak dan tidak mengacu kepada satu dewa saja. Pengertian norito pada waktu itu hampir mirip dengan berdoa kepada kepercayaan agama shinto. Orang-orang mengucapkan norito agar bisa menyengkan perasaan dewa, sehingga bila sudah begitu maka dewa akan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan.

Isi dari norito bisa saja ditujukan untuk menerangkan asal usul terjadinya suatu festival dan hubungannya dengan dewa. Norito ini bisa juga dipergunakan untuk mengobati penyakit. Orang-orang percaya bahwa datangnya penyakit adalah karena alam tempat dewa tinggal tidak nyaman, sehingga dewa menurunkan penyakit sebagai balasannya. Norito ini jelas ditujukan kepada dewa untuk memohon kesehatan jiwa dan raga.

Norito juga terus berkembang sehingga yang dari awalnya hanya mantera-mantera senderhana, kemudian bertambah panjang karena mendapat tambahan doa-doa pembuka dan penutup.

Norito tidak menggunakan gaya bahasa yang biasa saja, seperti bahasa yang dipergunakan orang sehari-hari untuk berkomunikasi. Gaya bahasa yang digunakan dalam norito harus mengandung usur keindahan bahasa. Orang-orang percaya bahwa dengan menggunakan bahasa yang indah akan mendatangkan keadaan yang baik pula, sebaliknya bila menggunakan bahasa yang buruk, maka akan mendatangkan malapetaka. Gaya bahasa yang dipergunakan dalam norito antara lain adalah penggunaan antitese, pengulangan, perumpamaan, dan lain sebagainnya. Keindahan bahasa yang digunakan memang sengaja ditujukan kepada dewa supaya dewa merasa senang hati dan memberikan kebaikan kepada manusia.


Bibliografi
Asoo, Isoji, dkk. 1983. Sejarah Kesusastraan Jepang, terj. Nihon Bungakushi. Jakarta: UI Press.
Mandah, Darsimah, dkk. 1992. Pengantar Kesusastraan Jepang. Jakarta: Gransindo.