Miyamoto Musashi merupakan seorang anak dari desa Miyamoto yang memiliki nama asli yaitu Shimmen Takezo. Dalam perjalanan hidupnya Musashi bertemu dengan bebagai macam orang yang telah memberinya pelajaran hidup, sampai akhirnya ia menetap di Pulau Kyushu dan tidak pernah meninggalkan pulau tersebut hanya untuk mencari pemahaman. Ia kemudian mengajar dan melukis di Kui Kumanoto dan menulis go ichi no sho, yang dapat diterjemahkan sebagai buku lima cincin atau lima unsur.
Cerita Miyamoto Musashi memiliki klasifikasi waktu pada zaman sengoku jidai sampai zaman Edo. Musashi turut serta dalam perang Sekigahara dan pada waktu itu merupakan salah satu samurai yang membela Toyotomi Hideyori yang kemudian kalah dalam peperangan Sekigahara. Kemudian ia juga bertarung melawak keluarga Yoshioka di Kyoto, Muso Gonosuke di Edo, Matsudaira di Izumo, dan Sasaki kojiro di Bunzen.
Miyamoto Musashi merupakan seorang samurai terhebat dalam sejarah Jepang yang menujukan affiliansinya terhadap kendo, sehingga banyak konsep-konsep kendo yang awalnya berasal dari konsep-konsep bushi yakni zen.
Zen merupakan ajaran yang menekankan bahwa ketenangan jiwa dan keyakinan hati adalah sumber kehidupan. Aspek kunci dari penyerapan dan penggunaan ajaran yang tepat dalam zen adalah dengan mengosongkan pikiran dari lain-lain, mengusahakan suatu pelepasan diri sepenuhnya, dan membuka pikiran lebar-lebar untuk memahami apapun situasi yang dihadapi secara utuh dan akurat. Unsur utama zen dalam bushido adalah bahwa seseorang tidak akan pernah menguasai sesuatu secara sempurna dan oleh karena itu, dia harus terus berusaha untuk bisa selalu menjadi lebih baik.
Dalam sejarah jepang, Miyamoto Musashi telah mengalahkan lebih dari enam puluh orang samurai dalam satu pertarungan satu lawan satu, kemudian mengalahkan Sasaki Kojiro, sebelum dia pensiun, yang kemudian menulis buku dan melukis. Bagi samurai, pertempuran adalah sesuatu yang sakral. Oleh karena itu ada semacam peraturan tidak tertulis atau etiket yang terdapat dalam pertempuran samurai. Etiket tersebut adalah tidak boleh meyerang dari belakang, kemudian pertarungan harus dilakukan dengan keindahan dan harga diri, lalu pertempuran juga harus dilakukan sampai tuntas, dan perang sebagai simbol spriritual dan komitmen. Seorang samurai juga menjunjung tinggi nilai keadilan, sehingga sangat tidak pantas seorang samurai jika dia ambil bagian dalam sebuah pertarungan jika tidak melihat ada keadilan dalam pertarungan yang akan ia hadapi.
Dalam bukunya go ichi no sho Musahi mengajarkan aturan-aturan yang harus dipahami untuk mempelajari seni bela dirinya, aturan-aturan tersebut adalah berfikir tanpa ketidakjujuran, tempa dirimu dalam jalan, sentuh semua seni, pahami jalan semua pekerjaan, pahami keuntungan dan kerugian segala hal, kembangkan mata yang tajam akan segala hal, pahami apa yang tidak dapat dilihat oleh mata, perhatikan bahkan hal-hal yang kecil, dan jangan libatkan diri dalam hal-hal yang tidak berguna.
Buku go ichi no sho ini terdiri dari lima bab, yaitu bab bumi, bab air, bab api, bab angin, dan bab kekosongan.
Cerita Miyamoto Musashi memiliki klasifikasi waktu pada zaman sengoku jidai sampai zaman Edo. Musashi turut serta dalam perang Sekigahara dan pada waktu itu merupakan salah satu samurai yang membela Toyotomi Hideyori yang kemudian kalah dalam peperangan Sekigahara. Kemudian ia juga bertarung melawak keluarga Yoshioka di Kyoto, Muso Gonosuke di Edo, Matsudaira di Izumo, dan Sasaki kojiro di Bunzen.
Miyamoto Musashi merupakan seorang samurai terhebat dalam sejarah Jepang yang menujukan affiliansinya terhadap kendo, sehingga banyak konsep-konsep kendo yang awalnya berasal dari konsep-konsep bushi yakni zen.
Zen merupakan ajaran yang menekankan bahwa ketenangan jiwa dan keyakinan hati adalah sumber kehidupan. Aspek kunci dari penyerapan dan penggunaan ajaran yang tepat dalam zen adalah dengan mengosongkan pikiran dari lain-lain, mengusahakan suatu pelepasan diri sepenuhnya, dan membuka pikiran lebar-lebar untuk memahami apapun situasi yang dihadapi secara utuh dan akurat. Unsur utama zen dalam bushido adalah bahwa seseorang tidak akan pernah menguasai sesuatu secara sempurna dan oleh karena itu, dia harus terus berusaha untuk bisa selalu menjadi lebih baik.
Dalam sejarah jepang, Miyamoto Musashi telah mengalahkan lebih dari enam puluh orang samurai dalam satu pertarungan satu lawan satu, kemudian mengalahkan Sasaki Kojiro, sebelum dia pensiun, yang kemudian menulis buku dan melukis. Bagi samurai, pertempuran adalah sesuatu yang sakral. Oleh karena itu ada semacam peraturan tidak tertulis atau etiket yang terdapat dalam pertempuran samurai. Etiket tersebut adalah tidak boleh meyerang dari belakang, kemudian pertarungan harus dilakukan dengan keindahan dan harga diri, lalu pertempuran juga harus dilakukan sampai tuntas, dan perang sebagai simbol spriritual dan komitmen. Seorang samurai juga menjunjung tinggi nilai keadilan, sehingga sangat tidak pantas seorang samurai jika dia ambil bagian dalam sebuah pertarungan jika tidak melihat ada keadilan dalam pertarungan yang akan ia hadapi.
Dalam bukunya go ichi no sho Musahi mengajarkan aturan-aturan yang harus dipahami untuk mempelajari seni bela dirinya, aturan-aturan tersebut adalah berfikir tanpa ketidakjujuran, tempa dirimu dalam jalan, sentuh semua seni, pahami jalan semua pekerjaan, pahami keuntungan dan kerugian segala hal, kembangkan mata yang tajam akan segala hal, pahami apa yang tidak dapat dilihat oleh mata, perhatikan bahkan hal-hal yang kecil, dan jangan libatkan diri dalam hal-hal yang tidak berguna.
Buku go ichi no sho ini terdiri dari lima bab, yaitu bab bumi, bab air, bab api, bab angin, dan bab kekosongan.